Para dokter di University of Illinois and Chicago (UIC) College of Medicine menggunakan scan otak MRI untuk melihat pengaruh minuman beralkohol 16% terhadap kemampuan seseorang membuat keputusan dan membaca emosi seperti rasa takut, rasa marah, dan rasa bahagia.
Dr Luan Phan, profesor psikiatri di UIC menjelaskan hal ini. "Bagaimana amygdala dan prefrontal cortex di otak berinteraksi membuat kita dapat menilai lingkungan kita secara akurat dan mengatur reaksi kita terhadapnya," ujarnya, seperti dilansir Daily Mail (04/09/13).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim Phan meneliti 12 orang peminum berat (10 oria dan 2 wanita) yang rata-rata berumur 23 tahun. Mereka diberi minuman beralkohol atau placebo, lalu ditunjukkan serangkaian wajah sambil otak mereka discan.
Dengan scan MRI fungsional, peneliti melacak aktivitas otak subyek. Sementara itu, para partisipan mencoba mencocokkan gambar wajah yang mengekspresikan emosi yang sama, yakni marah, takut, bahagia, atau netral.
Hasilnya, seperti dimuat di jurnal Psychopharmacology, mengungkapkan bagaimana alkohol mengurangi interaksi amygdala dan orbitofrontal cortex (bagian dari prefrontal cortex) ketika mereka mencoba memasangkan wajah marah, takut, dan gembira.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa alkohol mengganggu kemampuan amygdala memecahkan sinyal ancaman. Phan menyadari bahwa hal yang sama juga terjadi di eksperimennya.
"Hal ini menunjukkan, saat diracuni alkohol, isyarat emosional yang menandakan ancaman tidak diproses di otak secara normal karena amygdala tidak merespon seperti seharusnya," jehs Phan.
"Amygdala dan prefrontal cortex memiliki hubungan yang dinamis dan interaktif. Jika kedua area ini dipisahkan, seperti saat mabuk berat, kemampuan kita menilai dan merespon secara layak terhadap pesan nonverbal seperti yang disampaikan wajah orang lain bisa terganggu," tutupnya.
(dni/odi)